Pages

Thursday, December 27, 2012

Another Rais Story

Nampaknya duduk diam di rumah sama sekali bukan gue banget. Karena bosan tidur di kasur empuk dan nonton Nat Geo Adventure berlebihan membuat niat saya 'minggat' jadi tak bisa lagi di netralisasi. Kali ini tiga orang kawan akan menjadi rekan pemuas nafsu jalan-jalan. Tidak butuh lama semua sepakat dan langsung cabut deh.

Kelihatannya kali ini kami akan camping di bukit cinta. Bukit cinta? Iya, bukit yang berlokasi di kawasan Coban Rais, Batu. Disini rasanya bisa jadi tempat yang klop untuk menuntaskan rasa penat. Setidaknya sehari bebas dari hiruk pikuk kota.

Bukit cinta mungkin tidak jauh berbeda dengan spot lainnya di Batu. Suasana yang sejuk dan dihiasi pemandangan lampu kota saat malam hari. Yang menjadikan spesial adalah suasana sepi khas alam bebas, ditambah suara sungai yang mengalir entah dari mana. Ini yang membuat berbeda dan ingin saya tunjukkan pada mereka

Setelah berkendara melewati jalan berbatu yang menanjak, akhirnya finish juga di tempat tujuan. Saat kami ber-empat sampai di tempat parkir sepeda motor, kira-kira waktu menunjukan pukul 4. Disana ada bapak berbaju hitam-oranye duduk memerhatikan susunan sepeda motor. Sepertinya beliau pengawas kawasan Coban Rais ini.

Setelah sekitar 500 meter berjalan melewati pos. Akhirnya kami tiba di punggung bukit cinta. Saat kami sampai, matahari oranye alias sunset tampak di balik gunung kawi. Lampu-lampu rumah mulai hidup satu persatu.
Tak berapa lama tenda sudah berdiri tegak, beberapa makanan ringan sudah siap menemani kami ber-empat. Tidak hanya snack, sebagai pelengkap acara kami malam ini secangkir kopi dan makanan berat juga kami bawa malam ini. Kami berencana menyantap nasi dengan lauk telur dan sosis goreng. Hidangan yang cukup sederhana di rumah. Tapi kali ini rasanya benar-benar luar biasa.

Tidak terasa waktu telah terlewat tiga jam. Angin gunung mulai memaksa kami untuk masuk ke tenda. Tenda merah pabrikan Consina ini memang sudah agak rapuh. Pemakaian yang jarang dan penyimpanan yang terlampau lama, jadi penyebab kondisi ini. Kira-kira pukul 11, suasana jadi semakin hening setelah semua mata tertejam.

Setelah tidur yang sedikit kurang puas akibat dingin yang luar biasa, pukul lima tiba-tiba langit mulai kemerahan. Tidak butuh lama untuk saya keluar tenda dengan membawa tripod dan kamera, lalu meletakkan tepat di depan canopy tenda. Kamera saya pasang dalam mode long shutter awalnya. Kebetulan walau hanya kamera pocket, tapi fitur-nya cukup bikin bangga. Walau dengan skill yang pas-pasan tapi hasilnya lumayan pas.

Sunrise in Rais
Narsis dikit
Semeru dari Bukit Cinta
Dinginnya malam dan tidur yang kurang nyenyak tidak pernah membuat para camper jera. Mereka tetap saja setia duduk memandangi malam dari atas bukit cinta. Buktinya setiap minggu ada saja satu dua tenda yang bertengger diatasnya. Jaraknya yang tidak jauh dari kota dan akses yang mudah menjadi kelebihan dari kawasan ini dibanding tempat camping lain.

Satu malam yang menyenangkan. Setidaknya hal ini membuat saya tidak harus diam di rumah atau melakukan hal yang itu-itu saja. haha

0 komentar:

Post a Comment