Pages

Friday, December 14, 2012

"5 cm", In My Point of View.

    "apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa." -Donny Dhirgantoro


Inilah kurang lebih pesan dari film "5 cm". Film garapan Rizal Mantovani ini telah diputar di berbagai bioskop di seantero Nusantara mulai 12 Desember 2012 (12-12-12). Tentu saja kehadiran film ini di beberapa bioskop amat dinanti. Pasalnya banyak pembaca novelnya yang penasaran seperti apa hasil visualisasi dari novel karya Donny Dhirgantoro ini.

Nah, kebetulan baru aja nonton tadi sore. Jujur, udah lama banget nunggu kehadiran film ini. Dan ternyata, hasilnya gak jauh beda sama novelnya. Kisah di dalam novelnya benar-benar sukses dimunculkan di setiap shoot-nya di film. Sama-sama memuaskan dan mengena ke hati. Mantep!


yang jadi pemeran di film "5 cm"

 Di dalam film ini banyak cerita pencapaian sebuah cita-cita serta persahabatan yang berbalut dilema percintaan dan sedikit nilai nasionalisme. Awalnya bercerita tentang perjanjian antara Genta, Arial, Ariani, Zafran, dan Ian yang berjanji untuk tidak saling komunikasi selama 6 bulan. Dalam tenggat waktu tersebut, mereka berharap lebih serius menggapai keinginan masing-masing. Setelah itu digambarkan bagaimana keseriusan mereka untuk menghadapi setiap tantangan di keseharian mereka.

Setting utama dari cerita "5 cm" ini antara lain ada di Jakarta dan Semeru. Berbagai setting dan suasana berganti 180', dari suasana ibu kota Jakarta ke keindahan Ranu Kumbolo dan Mahameru, penonton seolah dibuat jet leg karena perbedaan ini. Tetap saja penonton merasa terkesima. Adegan demi adegan dengan manisnya membuat mata penonton terhipnotis dan tidak ingin berpaling. Terus saja jalan alur sukses menaik-turunkan perasaan penonton. Hingga film berakhir pun penonton masih ogah-ogahan untuk mengangkat pantat pulang.

Kalau untuk saya, menonton film ini seperti flashback ingatan ke zaman SMA saat pertama kali saya pergi ke Mahameru. Sesekali saya merinding saat mengingat sulitnya perjuangan untuk mencapai titik tertinggi di pulau jawa ini. Di "5 cm" semuanya tergambar dengan apik.

Satu lagi yang patut diacungi jempol adalah bagaimana film ini mempengaruhi pandangan orang tentang naik gunung. Hampir semua teman yang denger saya suka naik gunung awalnya tanya, "Ngapain naik gunung?". Tapi sekarang ganti gini, "Kapan naik gunung?" atau "Ayo naik gunung!". Semua malah semangat naik gunung dan jadi lebih terbuka dengan kegiatan seperti ini. Two thumbs up!

   Akhirnya, untuk temen-temen yang belum nonton, sempetin deh. Rugi kalau gak nonton.
   Salut deh buat film yang satu ini. Moga aja karya keduanya lebih bagus dan menantang untuk dibaca.

0 komentar:

Post a Comment